الجمعة، 7 مارس 2014

PROSES PEMALETAN (PIRN WINDING)



PROSES PEMALETAN (PIRN WINDING)

I.    PENDAHULUAN
Pemaletan merupakan proses yang di lakukan khusus untuk benang pakan yang di gunakan pada proses pertenunan. Gulungan benang pada bobbin palet ini akan di pasangkan pada alat teropong yang di sebut shuttle. Agar gulungan             benang pada bobbin palet dapat masuk / sesuai dengan shuttle, harus ada             pengaturan antara jenis benang yang akan di palet dengan kecepatan   penggulungan benang pada bobbin.
           

II.   MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan dari proses pemaletan, yaitu untuk menggulung kembali benang-benang dari bentuk untaian, bentuk bobin kerucut  atau silinder atau lainnya , menjdi bentuk bobin pakan atau palet ( pirn ).

III. TEORI DASAR


            Pemaletan adalah proses mengubah bentuk gulungan dari bobin kerucut atau silinder ke dalam bentuk bobin palet untuk dipakai pada proses pertenunan. Palet tersebut dimasukan ke dalam teropong yang selanjutnya benang dari proses tersebut akan berfungsi sebagai benang pakan.
            Penggulungan benang pada palet harus padat, sehingga lapisan-lapisan benang pada palet tidak akan tergelincir/terlepas, pada waktu proses menenun yang kecepatannya tinggi, tetapi lapisan – lapisan benang tersebut hanya terurai lapis demi lapis saja, sesuai dengan kecepatan jalannya teropong. Gulungan benang pada proses pemaletan pada umumnya merupakan gulungan sejajar dan silang, yang bentuk gulungannya berupa kerucut pada kedua pangkalnya atau hanya pada pangkal bagian akhirnya saja, yang mana keadaannya tergantung dari bentuk bobin dan mesin paletnya. Tipe palet yang digunakan tergantung dari tipe mesin paletnya atau tipe teropongnya, dan juga tergantung mesin tenunnya. Pada proses pemaletan terjadi juga proses penyempurnaan kualitas benang agar pada waktu ditenun, benang pakan tidak mudah putus, dengan demikian difek kain karena benang pakan putus dapat dicegah.

Gerakan pokok pada waktu proses pemaletan, yaitu :
§  Penyuapan benang,
§  Perputaran spindle, dan
§  Penggulungan benang.
           
Berdasarkan konstruksi atau cara kerjanya, mesin palet dibagi menjadi :
§  Mesin palet berbentuk corong,
§  Mesin palet dengan rol kerucut,
§  Mesin palet dengan bak minyak, dan
§  Mesin palet otomatis.

Berdasarkan sistem penggantian benang pakannya, mesin palet dapat dibagi menjadi :
1.   Mesin palet Cop Change ( bobin palet yang diganti )
2.   Mesin palet Shuttle Change ( teropong yang diganti )
§  Mekanik ( dengan peraba ), dan
§  Elektrik ( dengan sinar )

Adapun syarat gulungan palet yang baik adalah :
1.   Volume gulungan harus optimal
2.   Gulungan harus padat agar tidak mudah tergelincir pada waktu proses pertenunan
3.   Gulungan harus mudah dibuka pada proses pertenunan
4.   Benang tidak boleh rusak pada saat proses pemaletan
5.   Gulungan harus sejajar.







*       Skema proses pada mesin palet

2
3
4
6
5





                                    
                                    +
                                      -                                                          
8
7
10
9
1
 









Keterangan :
1.    cone/chese (input)                  6. Stop motion                                     11. Cradle
2.    pengantar                                7. Travese
3.    tension disk                             8. Spindle
4.    lapet                                        9. Gulungan benang dalam palet
5.    drop wire                                 10. Palet (cop/pirn)






*       Gambar mesin pemaletan
 
            Mesin palet otomatis dari murata
*       Bagian-bagian Mesin Palet
a)  Peralatan Tegangan benang (Tension Device)

Bagian ini merupakan peralatan yang berfungsi untuk memberikan     tegangan pada benang yang digulung pada palet, sehingga kepadatan gulungan sesuai dengan yang diharapkan. 
       
Gambar  Peralatan Tegangan Mesin Palet
b)  Penghenti Mesin (Stop Motion)
Jika salah satu atau lebih benang yang digulung putus, maka dengan segera mesin akan berhenti karena peralatan penghenti mesin bekerja. Bekerjanya peralatan penghenti mesin ini dikarenakan peralatan ini tidak lagi tertahan oleh benang, sehingga peralatan ini akan jatuh, sementara dilain pihak, jatuhnya peralatan ini akan mengubungkan arus listrik maka akan terjadi hubungan arus pendek yang mengakibatkan mesin berhenti. dibawah ini merupakan gambar peralatan penghenti mesin jika terjadi benang putus.
Gambar  Stop Motion
    
     
c)  Batang pengatur langkah ( vertikal dan horizontal )

Batang pengatur langkah yang memiliki empat buah lubang pada ujungnya dan ujung lainya dilengkapi dengan pal penarik gigi rachet bergerak ke kiri dan kekanan karena diayunkan oleh batang penggerakank yang bergerak ke kanan dan ke kiri oleh cam. Penepatan baut penghubung pad lubang-lubang tertentu dengan batang penggerak akan menyebabkan panjang pendek batang pengatur langkah dapat berbeda-beda. Jika lubang-lubang tersebut diberi nomor 1, 2, 3 dan 4 masing-masing dimana nomor 4 adalah lubang paling pinggir, ketika batang pengatur langkah dihubungkan dengan batang penggerak pada lubang nomor 4, maka akan menghasilkan langkah yang lebih panjang untuk setiap gerakan batang pengatur langkah. Gerakan dari batang pengatur langkah ini yang diujungnya dilengkapi dengan batang pal penarik gigi rachet, akan memutarkan gigi rachet.

                                                                                                                         
                                                                                 Batang horizontal

                                                                                    Batang vertikal
Gambar  Pengatur diameter gulungan
 


d)  Roda gigi ratchet, gigi cacing dan pal pendorong

batang pengatur langkah akan memutarkan roda gigi rachet dengan jumlah gigi rachet yang diputarkan setiap langkah tergantung pada panjang langkah batang pengatur langkah tersebut. Semakin panjang langkah batang pengatur langkah, maka putaran gigi rachet akan semakin cepat dan sebaliknya jika langkah dari batang pengatur langkah ini pendek, maka putaran gigi rachet akan semakin lambat. Cepat dan lambatnya putaran gigi rachet akan mempengaruhi waktu peralatan penghenti mesin untuk memberhentikan mesin karena diameter gulungan sudah tercapai. Mekanisme gerakan peralatan pengehenti mesin dapat dilihat pada gambar


Gambar Hubungan batang pengatur langkah dan gigi rachet
Pal Penarik ppendorong
Gigi Rachet
Batang pengatur langkah
 









e)  Batang penghenti mesin
 ketika roda gigi rachet berputar, roda gigi cacing yang seporos dengan roda gigi rachet akan ikut berputar. Banyaknya putaran roda gigi cacing sama dengan jumlah putaran roda gigi rachet, sehingga semakin cepat putaran gigi rachet, roda gigi cacing akan berputar semakin cepat. Semakin cepat roda gigi rachet berputar akibat langkah dari batang pengatur langkah panjang, maka roda gigi cacing akan berputar semakin cepat sehingga penghubung arus B akan bergerak lebih cepat untuk mendekat pada penghubung arus A, sehingga jika penghubung arus B terhubung dengan penghubung arus B, maka mesin akan berhenti.
Mekanisme gerakan peralatan pengehenti mesin dapat dilihat pada gambar dibawah :
Roda Gigi cacing
 


Roda Gigi rachet
                                                                                               
Penghubung Arus A
Penghubung Arus B
 


Gambar Alat Penghenti Mesin
Gigi Rachet
                       

f)    Peralatan pengatur pergeseran penyuapan benang
Peralatan ini berfungsi untuk mengatur pergeseran penyuapan benang pada palet sehingga benang yang digulung pada palet akan membentuk gulungan yang runcing di kedua ujung pangkalnya.



Alat penggeser penyuapan benang
Gambar Alat Pergeseran benang
 









*       Gambar Gearing Diagram
 


                                                                                                             
                                                                                                           
           


 




Kerterangan :
1.    Motor Utama ( RPM 1400 )                           
2.    Pulley 1                      
3.    Pulley 2
4.    Pulley 3
5.    Gear Box
6.    Gigi rachet                                                     
7.    Gigi cacing
8.    Spindle                       

IV.  ALAT DAN BAHAN

§  Mesin pemaletan,
§  Palet,
§  Benang Ne130s dan Ne1 30/2

V.  LANGKAH KERJA

1.    Persiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan,
2.    Ukur diameter rata- rata bobin pallet,
3.    Pasanglah benang dalam bentuk bobin pada tempatnya,
4.    Lewatkanlah benang tersebut sampai pada bobin palet yang telah terpasang pada tempatnya,
5.    Atur tegangan pada tension jika masih diperlukan,
6.    Jika sudah siap, maka jalankanlah mesin,
7.    Amati bagaimana penggulungan benang pada bobin palet  berlangsung,
8.    Setelah penggulungan penuh gantilah bobin palet dengan bobin palet yang kosong,

VI. DATA PRAKTIKUM

1.    Data peralatan mesin palet
a.      Ø pully 1                             =  cm
b.      Ø pully 2                             =  cm
c.      Ø pully 3                             =  cm
d.      Rpm mesin                         = 1400
e.      Ø palet                                =
f.       Ø penggulung spindle         =  cm
g.    Rpm spindel    =  Rpm motor x
                              =  1400 x
= 1192,44 rpm






2.    Hasil percobaan
a.      Untuk benang Ne1 30 s
·      Loncatan gigi racet : 8 gigi
a.   Rpm spindel                = 1192,44 rpm
b.   diameter palet             = 1,618 cm
c.   prod/jam                      = n . ת . d
                                          =
                                          =  0,07 kg




b.       Untuk benang Ne 30/2
·      Loncatan gigi racet : 10 gigi
a.   Rpm spindel                    = 1192,44 rpm
b.   diameter palet                 = 1,618 cm
c.   prod/jam              = n . ת . d
                                  =
                                  =  0,14 kg







VII.         DISKUSI


*       Agar hasil penggulungan benang pada palet baik, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.    Padat
2.    Mudah ditarik
3.    Isinya maksimal

*       Kepadatan gulungan dipengaruhi oleh kerja tensor. Jika gulungan gembos berarti besarnya tension yang diberikan kurang atau karena tensor tidak bekerja denga baik. Jika tensi yang diberikan terlalu besar maka benang mudah putus pada saat digulung

*       .Selain itu kepadatan gulungan dipengaruhi oleh ada tidaknya slip pada poros friksi penggulung palet. Sebab jika slip sangat besar, kerja tensor untuk memberi tegangan pada benang tidak maksimal sehingga gulungan akan gembos.

*       Pengaturan benang pada bobin  palet  menggunakan penggulungan sistem berlapis, maka usahakanlah penggulungan berjalan dengan baik.
*       Pengaturan tension disesuaikan dengan nomer benang yang dipalet akan hasil pemaletan padat.
*       Bobin palet yang akan dipakai  hendaklah masih dalam kondisi yang baik (tidak ada cacatnya)
*       Pada palet gulungan benang pada pangkal lebih besar dibandingkan gulungan benang pada ujungnya. Hal ini bertujuan agar benang tidak tersendat pada saat proses pertenunan.
*       Pada saat menggulung benang Ne1 30 s harus lebih lambat daripada Ne1 30/2, untuk merubah kecepatan penggulungan yang diubah traversenya.





  

VIII.        KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan antara lain :
*       Pemaletan ialah proses merubah bentuk gulungan dari bobin kerucut atau silinder  menjadi gulungan dalam bentuk bobin palet, yang selanjutnya berfungsi sebagai benang pakan pada proses pertenunan.
*       sistem penggulungan pada proses pemaletan menggunakan sistem penggulungan berlapis. Kepadatan gulungan pada bobin palet sangat diperlukan agar prose pertenunan tidak terjadi penggelinciran benang yang disebabkan oleh kendornya gulungan.

*       Pada mesin palet, terdapat tiga gerakan otomatis yaitu :
1.    Otomatisasi bobin penuh
2.    Otomatisasi benang putus
3.    Otomatisasi pergantian palet isi dan kosong

*       Syarat gulungan hasil pemaletan yang baik yaitu :
1.    Gulungannya padat
2.    Benangnya mudah ditarik
3.    Isi gulungan maksimal

*       Gerakan-gerakan pokok pada pemaletan yaitu :
1.    Penggulungan benang pada bobin.
2.     penyuapan
3.    pergeseran traverse






                                          DAFTAR PUSTAKA

 

Liek Soeparli, S.teks, “Teknologi Persiapan Pertenunan“, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.





ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق